Pada acara Syar’i
Lifestyle Anniversary yang lalu, kami berkesempatan untuk mengobrol dan
mendengarkan sharing dari Kak
Berliana Febrianti, seorang figur publik yang kita kenal melalui layar kaca di
era 90an. Kak Lia, begitu panggilan akrabnya, berbagi mengenai konsep hijrah
menurut pandangannya dan upayanya agar selalu istiqomah. Berikut adalah catatan
kecil hasil sharing dengan Kak Lia.
Semoga berguna ya, Sisterfillah.
“Buat saya
pribadi, hijrah itu (adalah) proses”
Sisterfillah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayahnya melalui berbagai
cara. Untuk Kak Lia sendiri, keinginan untuk menjadi muslimah yang lebih baik
di hadapan Allah hadir dari kesadarannya akan ujian nikmat dunia yang telah
diterimanya dari Allah selama ini. Dalam menjemput hidayah, diperlukan pula
upaya kita. Seperti pengalaman Kak Lia, semakin ia menekan egonya, maka hidayah
dan kemajuan proses berhijrahnya semakin terlihat. Hijrah yang dialami Kak Lia merupakan sebuah
proses belajar yang terus menerus, karena menurutnya proses belajar dan
memperbaiki diri baru berhenti jika seseorang telah dipanggil oleh Rabbnya.
Hijrah diawali dengan perubahan pola pikir yang didasari
oleh kesadaran penuh akan pertanggungjawaban terhadap Allah di kemudian hari. Sebagaimana
yang dilakukan Kak Lia dalam dunia karirnya, ia memilih untuk melepas dunia
layar kaca demi menggapai ridha Allah. “Saya
lebih baik menghindar karena saya takut tergoda dengan hal-hal yang kurang
bermanfaat. Saya bersyukur saat ini punya banyak waktu untuk membersamai
titipan Allah pada saya, prioritas saya, yaitu anak-anak saya,” begitu
tutur Kak Lia. Anggapan
awal bahwa kebahagiaan adalah mendapatkan hal duniawi bergeser menjadi harapan
untuk mendapatkan ridho Allah. Menurut Kak Lia, lebih baik tidak dikenal
di dunia tetapi dikenali penduduk surga dan penghuni langit, daripada sebaliknya.
Dalam proses berhijrah, bukan berarti tak ada halangan
selama perjalanan. Namun Kak Lia mengingatkan, selama kita berada di jalan yang
telah Allah tunjukkan, tidak perlu takut dan yakinlah bahwa ada hikmah di balik
halangan yang ditemui. Seperti pengalaman
Kak Lia dengan usaha restorannya. Ketika ia dan suaminya berupaya untuk
menegakkan aturan Allah dalam usahanya, maka Allah bukakan pintu rejeki dari
arah yang lain. Sebagai bonusnya, karyawan yang dipekerjakan lebih merasa
tentram karena tidak melanggar perintah Allah, bahkan menarik minat pekerja
lain yang ingin berhijrah untuk bergabung dalam usahanya.
“Walaupun kita beramal sekian lama (namun) ketika di akhirnya malah kita berada di jalan yang tidak benar, justru itulah (yang menjadi) amal terakhir kita”
Berdasarkan salah
satu hadits Shahih Bukhari, “Sesungguhnya suatu amalan itu tergantung dari
akhirnya”, maka seseorang telah mendapatkan hidayah tetap perlu menjaga imannya
agar hidayah tidak diambil kembali oleh Allah. Untuk menjaga keimanan,
diperlukan sistem pendukung yang baik. Salah satunya, teman yang baik. Menurut
Kak Lia, pertemanan yang baik adalah yang saling menjaga dan mengingatkan dalam
ketaatan. Sebagaimana hadits riwayat Abu Daud dan Tirmidzi yang dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani, “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya.
Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya”.
Selain itu, Kak
Lia mengingatkan untuk selalu melibatkan Allah dalam keseharian, termasuk dalam
berkarya. Tanamkan dalam diri, bahwa kita tidak berdaya tanpa adanya
pertolongan Allah. Terutama untuk urusan pekerjaan, saat ini Kak Lia terlebih
dahulu mempertimbangkan untung dan rugi dari setiap langkah yang akan diambil. Untung
dan rugi yang dimaksud adalah dampak dari keputusan yang akan diambil, dengan pertanggungjawaban
bukan hanya terhadap Allah, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.
Seperti yang tertulis di dalam QS
Fushilat:30-32, beruntunglah orang yang istiqomah di jalan Allah karena
malaikat akan menjaganya. Namun, Menjaga keimanan tidak selalu mulus. Ada
saatnya godaan untuk berpaling kepada hal duniawi datang kepada kita. Kalau
sudah begini, Kak Lia berusaha mengingat perkataan salah seorang ulama
terkemuka, Al Hasan Al Basri, “Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu
dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat”. Untuk penjagaan
iman dari Allah, Kak Lia selalu berdoa “Yaa
muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” yang artinya ‘Wahai Zat yang
membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’ (HR. Tirmidzi,
Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi).
Tidak perlu takut kehilangan rezeki karena berhijrah
Sisterfillah, dari perjalanan hijrah Kak Lia, kita dapat mengambil pelajaran pentingnya
mengutamakan ridha Allah dalam tiap langkah kita, termasuk dalam berkarya. Kita tidak perlu takut kehilangan
rezeki karena berhijrah. Ingatlah Sisterfillah,
yang mengatur rezeki adalah Allah. Ia justru akan memilihkan bagi kita rezeki
terbaik yang berkah, walaupun itu datang dari arah yang
tidak kita duga sebelumnya. Kita harus pandai memilah pekerjaan, jangan sampai
talenta yang kita punya digunakan untuk melanggar perintah Allah, justru sebaliknya,
manfaatkanlah untuk mengajak orang lain berhijrah.
Love,
SLS Team
Contributor: Paramitha
Yanindraputri
Editor: Anisa Muthi’ah
Reference : Sharing and interview
with Berliana Febrianti
Muslim or id
Sahih Bukhari
HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, Abu
Daud
Al Hasan Al Basri
0 Response to "News " Sesi Berbagi bersama Kak Berliana Febrianti: Hijrah ""
Post a Comment