Marriage
is a never ending process for learn. Pasangan
yang telah menikah berbulan-bulan, ataupun yang telah menikah bertahun-tahun, bisa
jadi tidak lebih tahu atau lebih pintar dari pasangan yang baru menikah, pun
sebaliknya.
Elemen pernikahan sangat
unik, case per case, sangat bisa
berbeda antara pasangan yang satu dengan lainnya. Ada individu yang berbeda,
keluarga yang berlatar belakang berbeda, diramu dengan nasib dan takdir ujian
yang dapat berbeda dari pasangan satu dengan lainnya. Inilah yang membuat
pernikahan menjadi ajang pendewasaan bagi orang yang berada di dalamnya, dengan
caranya masing-masing.
Walaupun begitu, ada beberapa
formula yang dapat menjadi pegangan bagi Sistefillah
yang baru menikah agar insyaAllah mendapatkan “rasa pernikahan” bahagia.
Karena pernikahan tidak berhenti pada proses akad-resepsi saja. The real battle actually is just begun.
Jadi, apa saja yang harus
ditanamkan dalam mindset kita di awal
pernikahan?
Berikut yang tidak boleh Sisterfillah lewatkan.
Sabar
Subhanallah, dengernya aja
seakan-akan sudah berat ya. Tapi percayalah, kesabaran memang tidak berbatas
karena pahalanya pun tak berbatas.
“Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman!
Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang
bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”.
Saat telah menikah, kita
mungkin akan menemui banyak hal yang membuat tidak nyaman. Kuncinya hanya satu untuk
itu, yaitu perbanyak sabar. Tentunya sabar disini bukan sabar yang pasif ya Sisterfillah. Tapi sabar yang progresif.
Caranya? Jika menemui
masalah, lebarkan rasa kesabaran sekaligus dorong diri kita untuk menyelesaikan
masalah. Karena masalah kecil yang tidak terselesaikan dengan baik bisa menjadi
hal yang merusak pernikahan. Sedangkan
masalah yang diselesaikan dengan baik dapat menjadi penguat hubungan dalam
rumah tangga.
Pengendalian diri
Menghadapi suami bisa
menjadi hal yang tricky, ga ketebak,
bahkan mengagetkan. Ini yang perlu diingat ya Sisterfillah. Karena karakter pasangan kita yang sebenarnya baru
bisa terlihat dalam pernikahan, mungkin akan ada fakta-fakta mengagetkan yang
harus dihadapi terkait dengan karakter suami. Beruntung, jika nasib
mentakdirkan suami kita sempurna, semua sesuai bahkan lebih dari yang kita
bayangkan. Tapi mungkin kasus itu cuma 1 dari 1000 pernikahan.
Jadi bagaimana saat menghadapi
ketidaknyamanan ini?
Kendalikan diri.
Sebelum marah, pikir lagi.
Sebelum merasa putus asa, pikir lagi.
Mental yang positif dan
terkendali adalah kunci agar perdamaian dalam pernikahan tetap terjaga. Seperti
yang diperintahkan Allah dalam potongan ayat surat An Nisa:128, bahwa
perdamaian itu lebih baik.
Penyesuaian Diri
Bukan hanya terhadap suami,
menikah berarti juga memasuki keluarga suami. Se-sempurna-nya keluarga suami, hampir
pasti akan ada “flaw”/kekurangan-nya.
Hal ini terutama bersumber dari adanya perbedaan kebiasaan antara keluarga
suami dengan kebiasaan keluarga dimana kita dibesarkan.
Maka disini yang penting
adalah penyesuaian diri.
Penyesuaian diri ini pertama
bisa dilakukan dengan mengenali.
Kenali keluarga suami dan
jangan cepat sakit hati saat mendapati hal yang tidak nyaman di hati. Kalaupun
ada budaya yang berbeda dengan yang selama ini kita jalani, kuncinya adalah
“sesuaikan”.
Sebab pernikahan menuntut
fleksibilitas, agar dapat menuju kepada
kondisi kehidupan pernikahan yang lebih baik dan membahagiakan.
pic from @wiwiekabbas |
Terakhir, sekali lagi yang
ingin ditekankan untuk Sisterfillah
yaitu bahwa pernikahan adalah long-life
process, proses yang dijalankan sepanjang hidup yang mungkin harus
diperbaharui arahnya setiap waktu. Jika ada hal yang sulit, ingatlah bahwa
wanita yang sabar, yang taat pada suaminya, akan menjadi ratu para bidadari di
surga kelak. Kenapa? Karena bidadari tidak merasakan bagaimana beratnya patuh
pada suami.
………..
Ummu Salamah bertanya pada Rasulullah,
“Ya
Rasul, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari bermata jeli?”
Rasul menjawab,
“Wanita-wanita
dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang tampak
dari apa yang tak terlihat”
“Mengapa
wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari?”
“Karena
shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya
di wajah mereka….”
(H.R. Ath-Thabrani)
Semoga bermanfaat Sisterfillah ♥
Love,
SLS Team
Contributor: Vita Oktavianty, M.Psi, Psikolog
Syari’ah Advisor: Fathimah Syauqi
Editor: Anisa
Muthi’ah
Reference : Buku “Arasy Cinta” oleh @teladanrasul, penerbit
Qultummedia
0 Response to "News " Healthy Marriage Mindset ""
Post a Comment