Assalamualaikum Dear Sisterfillah,
Pengorbanan,
seringkali dilihat dan dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan bahkan
memberatkan. Tapi benarkah?
Sepertinya Allah ingin kita belajar dari Nabi
Ibrahim. Bahwa pengorbanan itu bukanlah sesuatu yang menyakitkan dan
memberatkan tapi sesungguhnya itu adalah bukti cinta kepada sosok yang kita
cintai.
Pengorbanan
dalam Rumah Tangga
Tidak jarang bahkan sering, dalam kehidupan
sehari-hari kita mengorbankan suatu hal untuk kebaikan yang lain. Terutama
dalam rumah tangga, pengorbanan sungguh adalah suatu hal yang tak terelakkan. Mungkin ada Sisterfillah yang dalam pernikahannya harus berkorban meninggalkan
keluarga tercinta untuk hidup bersama suami di tempat yang jauh dari keluarga.
Mungkin ada diantara Sisterfillah
juga yang mengorbankan karir yang sudah dijalani untuk mengurus anak. Atau
mungkin ada juga Sisterfillah yang
mengalami kesulitan beradaptasi dengan suami sehingga merasa harus
"berkorban" hati dan selalu mengalah.
Bagaimana
sebenarnya Islam mengajarkan kita menghadapi pengorbanan?
Belajar
Cara Menghayati Pengorbanan dari Kisah Penyembelihan Ismail
Sisterfillah.. Karena sungguh Allah memandang pengorbanan
ini sebagai suatu yang mulia, maka Allah mengabadikannya dalam kisah
penyembelihan Nabi Ismail A.S. yang tertuang di dalam Al-Qur’an Surah As
Shaffat ayat 100-111. Dari ayat Al-Qur’an tersebut mari kita belajar bagaimana
menghayati pengorbanan yang dijalani, seperti yang digambarkan Allah dalam
kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang rela menyembelih anak yang dicintainya
untuk Allah Subhana wa Taala.
1. Dalam Pengorbanan Kita tidak Sendiri
Dalam suatu pengorbanan, kadang kita merasa
sendiri. Kita merasa sebagai pihak yang tersakiti. Hal ini tidak jarang
memberatkan hati kita bahkan dapat berpengaruh kepada kondisi fisik maupun
psikologis. Padahal sebenarnya dalam sebuah pengorbanan, kita tidak pernah
sendiri. Secara sadar ataupun
tidak sadar, ada pihak lain yang akan merasakan pengorbanan kita dan nantinya
akan membalas pengorbanan kita itu.
…
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(As Shaffat: 105)
2.
Dalam Pengorbanan Harus Ada Komunikasi
Dalam
kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim, terjadi komunikasi antara Allah dan Nabi
Ibrahim.
Lalu
Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi
itu”. (As Shaffat : 104-105)
Dari
ayat tersebut terihat jelas, bahwa setelah pengorbanannya, bahkan Allah
berkomunikasi kembali dengan Nabi Ibrahim. Hal ini menggambarkan bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang wajar bahkan perlu untuk dilakukan.
Dalam
pengorbanan, kita bisa menyampaikan kepada pasangan kita (jika pengorbanan
terjadi dalam rumah tangga), mengenai hal-hal yang memberatkan hati kita atau
apapun itu, dengan cara yang baik. Dalam pengorbanan, kita tidak melulu harus
diam dan menyimpan segala keluh kesah sendiri. Dalam pengorbanan, semestinya
kita membangun pola komunikasi yang sehat sehingga pengorbanan tidak lagi menjadi
hal yang menyakitkan.
3. Dalam Pengorbanan Harus ada Elemen
"Kepasrahan"
Tidak
boleh tidak, penghayatan “kepasrahan” harus ada di dalam pengorbanan yang
dijalankan. Dengan begitu pengorbanan yang dilakukan akan mendatangkan kebaikan
lainnya.
Maka
ketika keduanya telah berserah diri…
(As Shaffat : 103)
Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Dan
Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim”.
Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(As Shaffat : 107-110)
4.
Dalam Pengorbanan Harus ada Elemen "Kepercayaan"
Dalam
pengorbanannya, Nabi Ibrahim bersama dengan Ismail. Elemen “kepercayaan” ini
terutama dikuatkan oleh pernyataan Nabi Ismail,
….“Wahai
ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.
(As Shaffat : 102)
Saat
kita memiliki kepercayaan, bahwa pengorbanan dilakukan di atas sesuatu yang
benar, maka pengorbanan yang dijalani akan menjadi pengorbanan yang sehat.
Sisterfillah.. Semoga dengan memahami hal ini, pengorbanan
yang dijalani dan dihayati kini tidak lagi menjadi hal yang menggerogoti hati
tapi justru memperkaya hati, karena pengorbanan adalah bukti cinta yang
mendalam di hati, dan ada Allah diantaranya. Maka, adakah yang lebih indah dari
ini?
Love,
SLS Team
Contributor : Vita Oktavianty, M.Psi,
Psikolog
Editor : Anisa Muthi’ah
0 Response to "News " Belajar Pengorbanan yang Benar dari Kisah Penyembelihan Ismail ""
Post a Comment