Assalamu'alaikum,
Dear Sisterfillah..
Terima kasih yaa udah sabar nunggu..
Finally, artikel ini dilanjutkan pembahasannya alias artikel part
2. (Baca Hijrah Pengasuhan Part 1).
Pada pembahasan
sebelumnya, ada satu masalah terbesar saat ini bagi para orangtua yaitu tentang
derasnya arus informasi pergaulan yang negatif melalui media elektronik
terutama media sosial yang berisiko besar untuk ditiru oleh para anak.
Nah, masih inget
kah dengan langkah pertama yang harus dilakukan oleh para orangtua supaya anak
kita terjaga dari hal-hal demikian? Hayoo..kira-kira udah ketemu belum yaah
jawabannya?
“Kesuksesan dunia dan pengakuan dari orang lain terhadap anak kita”
Atau
“Tidak ada yang mengenal anak kita di dunia
tapi Allah SWT selalu mendengar doa dari anak kita
terutama saat kita sudah tiada nantinya”
Maunya sih ga usah dipilih yaaa? Saya sebagai orangtua pun ingin kelak
sang anak bisa meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Artinya sang anak menjadi
pemeluk Islam yang taat, yang doanya didengar Allah dan sekaligus bisa menjadi
seorang yang berhasil di bidang profesinya. Alhamdulillah ya kalau seperti itu,
insya Allah bisa sisterfillah!!! TAPI, tentu tidak mudah ya!
Bagaimana caranya agar impian
tersebut dapat tercapai?
- Pengasuhan yang sejalan antara ayah-bunda maupun kerabat dekat
Jadikan Allah
sebagai nilai utama dari setiap tujuan pengasuhan. Artinya, pendidikan anak
sebaiknya berfokus pada nilai-nilai ketauhidan. Ada baiknya memilihkan sekolah
dan lingkungan pergaulan anak yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, dan
lakukan sejak ia kecil. Ayah-Ibu dan kerabat dekat sepakat bahwa keberhasilan
mendidik anak yang utama dilihat dari seberapa besar rasa cintanya pada Allah,
ketaatannya menjalankan perintah dan menjauhi larangan-NYA, serta bukan
berdasarkan seberapa banyak juara atau piala yang sudah anak raih.
- Pembiasaan yang konsisten antara di rumah dan lingkungannya
Ketika nilai utama dari pengasuhan
sudah sejalan, maka anak pun akan menginternalisasi nilai yang dimiliki oleh
keluarganya. Pemahaman nilai saja tentu tidak cukup, diperlukan langkah
selanjutnya yaitu pembiasaan yang konsisten. Artinya, orangtua atau keluarga
perlu menjadi contoh utama bagi anak.
Jangan pernah
menyuruh anak sholat atau mengaji, tetapi orangtua sendiri sibuk menonton
televisi saat adzan berkumandang atau mengantarkan mengaji namun menunggu di
depan sambil browsing. Aduh, bukan begitu yah ayah-bunda! Perlihatkan dulu pada
anak bahwa kita melakukannya, baru meminta anak untuk berperilaku seperti kita.
Sebenarnya tidak
perlu meminta, anak pun akan meniru dengan sendirinya. Ya, ini alamiah karena
pada dasarnya seorang anak belajar dengan meniru lingkungannya. Selanjutnya,
konsistenkan apa yang dibiasakan di rumah dengan di sekolah. Jadi, harus pintar
juga dalam memilihkan sekolah ya ayah-bunda. Jangan sampai sekolah berlabelkan
Islam tapi sebenarnya tidak benar-benar mempraktekkan ajaran Islam dalam
keseharian anak.
- Komunikasi hangat & terbuka
Ketika nilai dan
pembiasaan perilaku positif yang mengarah pada hubungan yang dekat dengan Allah
sudah tertanam, maka jangan lupa juga untuk hadir di dekat anak. Usahakan
sesibuk apapun pekerjaan tetap sediakan waktu setiap hari untuk berkomunikasi
dengan sang anak, paling tidak 30 menit.
Bagaimana kalau
ayah/bunda ada di luar kota? Tidak perlu khawatir, pada masa ini justru
manfaatkan kecanggihan teknologi sebagai media komunikasi. Fisik tidak selalu
harus hadir berdekatan, tapi kelekatan hati yang wajib ada di setiap waktu
antara orangtua dan anak. Mengapa? Karena ini jadi dasar kedekatan anak dan
orangtua untuk berbagi cerita, menemukan jawaban atas hal-hal baru yang ia
temui di sekelilingnya, serta sebagai sarana berdiskusi akan segala hal.
Dalam berkomunikasi, terapkan pola
komunikasi dua arah dan hindari doktrin yaa, misal “pokoknya tidak boleh! Itu salah! Jangan lakukan itu! dll”. Biasakan
hal ini sejak anak kecil agar di masa remajanya anak pun tidak canggung untuk
melakukannya dengan kita. Sisterfillah,
ketika kita dapat menjadi teman pertama anak maka kecil kemungkinannya ia akan
mencari tempat berbagi lain di luar sana.
Semoga Allah senantiasa tuntun kita
untuk bisa menjadi orangtua yang amanah ya, Sisterfillah!
Aamiin.. Insya Allah
Love,
SLS Team
Contributor: Alfa Mardhika, M.Psi, Psikolog
Syari’ah Advisor: Fathimah Syauqi
Editor: AM
0 Response to "News " Hijrah Pengasuhan (Part 2) ""
Post a Comment